Koran Politik Harian Rakjat Milik PKI Terbit Hari Ini

Labumi.id, Hari ini, 70 tahun silam, tanggal 31 Januari 1951 Harian Rakjat yang semula bernama Suara Rakjat terbit. 

Koran politik di Indonesia yang memiliki oplah mencapai 23.000 kala itu, dipimpin langsung oleh Wakil Ketua II CC PKI, yaitu Njoto. Selain Njoto, ada Mula Naibaho dan Supeno yang menduduki kursi dewan redaksi di Harian Rakjat. 

Sedangkan Pimrednya, Nyoto secara intensif menulis Tjatatan Seorang Publisis yang keluar setiap hari Selasa. 

Koran yang berkantor di Jalan Pintu Besar Jakarta nomer 93 ini, mengusung jurnalisme konfrontatif yang selelau berseberangan dengan media lainnya, bahkan termasuk pemerintah. Sebab itu, koran ini beberapa kali dibredel, tapi kemudian muncul lagi dan dibungkam lagi.

Kali pertama, Harian Rakjat dibredel bersama beberapa media lainnya, seperti Antara, Indonesia Raya, Bintang Timur, Djiwa Baru, Pedoman, Pemuda Merdeka, Java Bode dan Keng Po pada tanggal 13 September 1957. Pembredelan hanya berlangsung 1 hari. Penyebabnya, mereka dianggap melanggar peraturan pemerintah yang menghendaki agar sumber berita berdasar dari juru bicara resmi dari hasil Musyawarah Nasional.

Bredel berikutnya terjadi pada 16 Juli 1959, disebabkan suatu berita yang memuat CC PKI pada tanggal 3 Juli, berjudul; Penilaian Sesudah satu tahun Kabinet Kerdja, Komposisi, tidak Menjamin pelaksanaan program 3 Pasal, Segera Direstui,”. Sebulan sesudahnya, tepat tanggal 2 Agustus 1959, koran Harian Rakyat terbit kembali.

Pada bulan November, tanggal 2, 1959 oleh penguasa pembredelan terjadi lagi. Alasannya tidaklah jelas. Akibat pembungkaman penguasa, sejumlah tokoh dan aktivis PKI turun ke jalan.

Di bulan Desember, tanggal 9, tahun 1959, pembredelan terjadi lagi karena pidato Nyoto di gedung SBKA dimuat dalam koran tersebut, tanggal 24 November 1959. Namun atas desakan sejumlah pihak, koran Harian Rakjat, tanggal 23 Desember 1959 terbit kembali.

Kemudian pada tanggal 3 Februari 1961 Harian Rakjat ditutup kembali karena pidato CC PKI D.N Aidit pada hari ke 10 koran itu. Dalam pidatonya, Aidit menyinggung masalah demokrasi dan kebebasan politik.

Setelah peristiwa G30S, koran itu mengalami titik nadirnya. Meskipun pada tanggal 2 Oktober 1965, Harian Rakjat menurunkan kepala berita soal Letkol Untung yang menyelematkan Presiden dan Republik Indonesia. Dan sejak itu, media propaganda PKI itu tak pernah terbit kembali. (Red) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *