Labumi.id, Menteri BUMN Erick Thohir disebut terlibat dalam bisnis PCR. Nama lain yang juga muncul adalah Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Agustinus Edy Kristianto mengatakan kedua menteri ini diduga terlibat dalam pendirian perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Edy menjabarkan, sebagian kecil saham yang dimiliki Luhut berasal dari PT GSI yang lahir dari PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra, serta merupakan anak dari PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA).
Selain itu, PT GSI juga dilahirkan oleh PT Yayasan Adaro Bangun Negeri, dimana PT ini masih berkaitan dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yang 6,18 persen sahamnya dimiliki Boy Thohir yang tak lain adalah saudara dari Erick Thohir.
“Gunakan akal sehat. Seorang Menko Marives merangkap jabatan sebagai Koordinator PPKM. Dia pucuk pimpinan dalam hal kebijakan Covid-19 dan investasi. Lalu, seorang Menteri BUMN merangkap Ketua Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menteri Kesehatannya bekas Wakil Menteri BUMN. Tapi, menteri itu ternyata terafiliasi (ada kaitannya) dengan PT Genomik Solidaritas Indonesia,” tulis Edy, seperti dikutip Suara.com.
Menyikapi dugaan keterlibatan Menteri BUMN Erick Thohir yang disebut-sebut terlibat dalam bisnis PCR melalui PT GSI.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyebutkan bahwa Yayasan Adaro merupakan pemegang saham di PT GSI memiliki porsi kepemilikan saham sebesar 6 persen.
Arya mengatakan, tes PCR yang dilakukan PT GSI jumlahnya 2,5 persen dari total jumlah tes yang dilakukan di seluruh Indonesia.
“PT GSI yang dikaitkan dengan Pak Erick itu tes PCR yang dilakukan sebanyak 700 ribu. Jadi bisa dikatakan hanya 2,5% dari total tes PCR yang sudah dilakukan di Indonesia, hanya 2,5% jadi 97,5 % lainnya dilakukan pihak lain,” kata Arya kepada wartawan, Selasa (2/11/2021) kemarin.
Dalam kalkulasi yang ramai diberitakan media, jika dihitung harga tes PCR mencapai Rp 2,5 juta per kepalaseperti di awal. Maka yang dilakukan GSI diperkirakan sebanyak 700.000 kepala, artinya akumulasi yang didapatkan GSI kurang lebih Rp 1,75 triliun dari tes PCR.
Tetapi jika dihitung di harga PCR terendah saat ini yang sebesar Rp 250.000 untuk Pulau Jawa dan Bali saja, maka GSI mendapatkan Rp 175 miliar dari tes PCR.