Labumi.id, Petani garam rakyat disejumlah Kecamatan sentra penghasil garam di Sumenep, Madura, Jawa Timur terpaksa harus menunda waktu panen perdananya. Pasalnya, Lahan garam yang awalnya sudah siap panen terendam air karena diguyur hujan.
”Sejak tadi pagi, hujan deras dan lahan pegaraman yang sudah mulai proses produksi terendam air hujan,” kata Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras), Hasan Basri, Selasa (6/7/2020).
Menurut dia, sebelumnya kondisi suhu air untuk proses produksi dilahan tersebut sebenarnya sudah tinggi dan mengkristal, tinggal menunggu waktu panen. ”Kata petani kondisi airnya sudah tua dan sudah muncul putih-putih. Diperkirakan minggu ini sudah panen, tapi karena hujan akhirnya melebur kembali. Harus dari awal lagi,” ucapnya.
Ia juga menyebutkan, luas lahan pegaraman diwilayah Kecamatan Kalianget kurang lebih 400 hektar. Umumnya baru akan memasuki awal panen minggu ini. ”Kalaupun ada yang panen hanya sebagai lahan karena digarap lebih awal,” tambah Hasan.
Namun, karena turun hujan lahan garam yang tinggal menunggu panen itu harus diproses awal lagi mulai pengeringan hingga penuaan air. Petani didaerahnya berharap kondisi cuaca di musim kemarau tahun ini normal. ”Produksi garam tergantung pada cuaca, kalau cuaca tidak bersahabat proses produksi pasti tidak normal,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalianget, Usman Khalid menyatakan, musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan, tapi intensitasnya lebih rendah lebih rendah yaitu dibawah 50 mili liter dalam satu dekade. Fenomena hujan yang terjadi diwilayah Sumenep merupakan hal wajar walaupun memasuki musim kemarau.
”Sejauh ini kami memperkirakan kondisi cuaca tahun ini relatif normal, belum ada tanda-tanda kemarau basah,” terangnya. (Red)