PMII Rayon Sospol Unija Sumenep Gelar Diskusi Pilkada

Labumi.ID, Pengurus Rayon Sosial Politik (Sospol) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep, Madura, Jawa Timur gelar diskusi publik bertajuk “Kontribusi Mahasiswa di Pilbup Sumenep 2020” di Aula Padepokan Wiyata Abdi  Karya Ki Hajar Dewantara, Rabu (02/09/2020).

Dua narasumber didatangkan dalam diskusi ini, antara lain Moh. Ikhsan. Pd., MT, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sumenep dan Imam Hidayat, M.AP, pengamat politik, sekaligus Dosen Universitas Wiraraja Sumenep.

Di hadapan mahasiswa Moh. Ikhsan mengatakan mahasiswa harus memiliki pemikiran yang kritis menyikapi keadaan. Nalar tersebut dibutuhkan untuk memurnikan gerakan mahasiswa dalam mengambil kebijakan.

“Mahasiswa harus menguji visi misi calon, serta mengawal pelaksanaan visi misi itu sendiri,”terangnya.

Sedangkan Imam Hidayat, M. AP menilai yang terjadi di kalangan mahasiswa hari ini cenderung apatis pada politik. Mahasiswa seringkali justru bersikap masa bodoh, bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam politik dalam politik praktis.

“Mahasiswa dalam berkomunikasi juga jangan alergi pada partai politik, sehingga bisa melakukan kontrol,”jelasnya.

Maka dari itu, menurut Imam perlu ada sinergi antara supra politik dan struktur politik melalui regulasi budaya baru dengan mengedepankan objektivitas mutu untuk mencapai kualitas demokrasi dalam momentum Pilkada.

Imam menegaskan penyebab mahasiswa apatis terhadap politik karena menganggap partai penuh dengan kepentingan dan gampang menghalalkan segala cara. Padahal yang keliru adalah oknum partai.

Imam menambahkan idealisme dalam politik tidak agar tidak buta, sehingga tidak bersikap realistis ketika melihat fakta politik.

“Boleh idealisme, tapi juga harus realistis,”ungkapnya.

Selain itu kata Imam penyebab mahasiswa apatis selama ini terlalu banyak dipertontonkan perilaku mesin politik yang bobrok. Sehingga mahasiswa jarang aktif di momentum Pilkada.

Kurangnya sosialisasi masif tentang kegiatan pemilu, mengesankan bukan milik bersama. Sehingga perlu ada pengaktifan 3 fungsi kontribusi di pilkada. 

“Pertama sebagai agen perubahan, agen pengawasan, dan sebagai insan intelektual. Ini penting sekali diperhatikan untuk mensukseskan pemilu,”tukasnya. (Khairul Amin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *