Labumi.Id ; Dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati (Cabup-Cawabup) Sumenep, Madura, Jawa Timur 2020 adu visi dan kemampuan dalam menjawab pertanyaan panelis soal kesejahteraan masyarakat di debat publik, Selasa malam (10/11/2020) lalu, di aula Hotel Utami, Kecamatan Kota.
Dalam debat yang berlangsung 120 menit dan dibagi enam segmen itu sama sekali tidak menyinggung soal potensi sumber daya alam (SDA) terutama sektor minyak dan gas bumi (migas) dalam mensejahterakan rakyat.
Konten debat justru lebih didominasi tentang kepariwisataan dan persoalannya dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Lalu, soal perijinan, undang-undang cipta kerja atau omnibuslaw, dan infrastruktur kepulauan.
Sementara sektor lainnya nyaris luput dari perhatian terutama soal potensi migas untuk kesejahteraan masyarakat Sumenep.
Sedianya publik, khususnya di Kabupaten ujung timur Madura itu layak bertanya kepada dua Paslon mengenai gambaran program strategis tentang optimalisasi potensi migas untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Sumber migas di wilayah perairan Kepulauan Sumenep dieksplorasi dan dieksploitasi oleh banyak kontraktor kontrak kerjasama (K3S) Migas. Dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun.
Isu migas sangat penting dipertanyakan pada dua paslon kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Sebab sejauh ini, sektor migas belum memberi dampak signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sayangnya, tadi malam publik masih belum mendengar program program dua paslon yang secara spesifik menguraikan strateginya dalam mengoptimalkan potensi migas untuk kesejahteraan rakyat jika terpilih kelak.
Kita berharap kedua paslon yang bertarung pada Pilbup Sumenep 2020 memahami betul aneka persoalan terkait kemigasan di daerahnya. Kemudian, dari persoalan tersebut Paslon dapat merumuskan kebijakan yang akan disiapkan jika terpilih dalam kontestasi politik di Sumenep.
Hal ini, tentu sangat disayangkan kalau Paslon tidak menyiapkan strategi kebijakan sebagai solusi di sektor kemigasan agar lebih bermanfaat terhadap kesejahteraan rakyat. Kalau, tidak maka tentu masalah klasik tersebut akan terus berlanjut.
Salah satu warga di kepulauan Sapeken Miftahul Barokah menyebutkan, masyarakat
Sumenep terutama yang tinggal di wilayah Kepulauan dan pesisir pantai menggantungkan kehidupannya di sektor maritim baik sebagai nelayan, pembudi daya ikan dan rumput laut, atau petambak garam. Selama ini, warga yang bekerja di sektor tersebut ekonominya rata rata masih menengah kebawah.
”Saya kira nasib nelayan, pembudidaya, dan perambah adalah bagian penting yang tidak boleh diabaikan. Program pemberdayaan dan advokasi Pemerintah Daerah kedepan dalam mengawal kepentingan mereka sangat ditunggu,” ucap Miftahul Barokah. (Red)