Labumi.id, Sejumlah kader PDIP membuat ‘Barisan Celeng Berjuang’. Kemunculan barisan akibat dari ketidakpuasan para pendukung Ganjar Pranowo terhadap sebutan celeng yang dilontarkan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto.
Para pendukung Ganjar, menyambut sebutan celeng tersebut dengan membuat logo celeng bertaring tajam. Mereka membentuk Barisan Celeng Berjuang.
Sejumlah pengamat menilai, kemunculan Barisan Celeng Berjuang menandai sebuah perlawanan terhadap gaya demokrasi terpimpin yang dilakukan PDI Perjuangan.
“PDIP harusnya lebih demokratis dan perlu menyerap masukan yang diampaikan kader-kadernya,” jelas Direktur Eksekutif Indostrategic Khairul Umam dikutip dari detik.com.
Menurut Umam demokratis yang dimaksudkan tidak tertutupnya masukan dari para kader, sehingga tidak selalu menerima atau tunduk kepada keputusan elite.
Menurut dia watak demokrasi di dalam partai sangatlah penting, perbedaan pendapat di antara kader bisa ditimbang sebelum dilakukan keputusan. Keputusan elite yang pro kader, di dalam partai sangat potensial menimbulkan friksi yang tidak produktif.
Sehatnya demokrasi di tubuh partai, bisa dilihat apakah kader yang menyuarakan Celeng Berjuang mendapatkan sanksi oleh PDIP. “Tergantung dari instrumen yang di pakai, apakah model demokrasi terpimpin yang dipakai sebagai penegakan disiplin,”tuturnya.
Pengamat politik lainnya, Adi Prayitno menjelaskan kisruh yang terjadi di internal elit PDI Perjuangan yang mengatai celeng pada pendukung Ganjar Pranowo jelas sebagai tanda ketidaksukaan.
“Kan sangat kelihatan bahwa ada kader PDIP yang mendukung Ganjar, sehingga keluar kata sebutan hewan celeng,”kata Adi di Jakarta.
Adi melihat logo barisan celeng berjuang, sebagai bentuk perlawanan karena tidak terima dipanggil dengan binatang. Padahal sebagai kader di akar rumput, mereka berada di ujung tombak soliditas partai yang kontribusinya besar.
Menurut Adi, kisruh yang terjadi di elit PDI Perjuangan dapat merugikan partai berlambang banteng moncong putih ini. Gejolak antara elit dan kader di akar rumput sangat merugikan PDIP.