Sumenep, Labumi.id, Ribuan warga Nahdhatul Ulama (NU) Sumenep menggelar doa bersama dan istighasah menolak pembangunan tambak udang di kawasan pantai utara Batuputih, Sumenep, Jawa Timur, Selasa (8/10/2019).
Warga nahdhiyin dari berbagai desa, surau maupun pesantren di kawasan Temor Dhaja (Gapura, Dungkek, Batang-batang dan Batuputih) datang menaiki kendaraan, truk, pickup, sepeda motor dan ontel memadati lapangan desa dekat wisata pantai Badur.
Acara yang diinisiasi 4 Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Temor Dhaja ini berangkat dari kekhawatiran akut mengenai hancurnya ekologi tanah tegalan bersama nilai-nilainya. Datangnya para korporasi yang menguasai tanah-tanah rakyat untuk disulap sebagai tambak udang di Sumenep, seperti di Badur Batuputih diyakini telah merusak fungsi sosial, budaya, maupun religi yang sudah berkembang.
Pandangan hancurnya ekologi tegalan ini tertuang dalam surat pernyataan sikap yang ditujukan kepada bupati Sumenep, A. Busyro Karim. Dalam surat ini dijelaskan datangnya korporasi yang memborong “tana sangkol” yang diyakini oleh masyarakat memiliki berkah, tuah, dan tulah telah terefeikasi, jadi melulu bernilai komoditas minded.
Tanah dianggap sekedar komoditi, dan moda produksi yang bebas nilai sehingga mendorong setiap warga untuk menghargainya sebatas uang. Datangnya investor yang memborong tanah rakyat di Sumenep ini kedatangannya tidak serta merta, melainkan lebih dulu bergerilya secara sistematis, melalui regulasi, para aktor politik, makelar, balater dan pejabat desa untuk mendapatkan tanah rakyat dengan harga murah. (*)