Kolom  

Merayakan Idul Fitri: Memoderasi Kebutuhan Jasmani Dan Rohani

GEMA TAKBIR dikumandangkan dari tempat ibadah dan jalanan. Menjelang 1 Syawal 1442 H, lantunan kemenangan dan kefitrian bergetar dari 4 penjuru mata angin. Suara-suara itu tak henti-hentinya mengagungkan Sang Khalik dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Sebuah perayaan Idul Fitri setelah sebulan lamanya menjalani laku puasa Ramadhan.

Tak sekedar seremoni religius tahunan, Idul fitri adalah sebuah perayaan kemenangan dan konstruksi diri menuju keautentikan. Belajar memahami lapar dan haus saat mampu membeli semua kenikmatan duniawi. Ataupun memahami amal-kebajikan tanpa mengharap pamrih dari Tuhan karena ibadah puasa hanya sebagai pengabdian dan ketundukan bahwa manusia sekedar ciptaan.

* * *

Kata fitri dalam term Arab mengandung dua makna, pertama ia berarti “berbuka” atau “tidak berpuasa” sebagai lawan dari kata Shawmun yang bermakna “berpuasa”. Kedua term itu misalnya muncul dalam teks hadis Nabi, shuumu li ru’yatih wa afthiruu li ru’yatih “berpuasalah karena melihat bulan Ramadhan dan makanlah (tidak berpuasa lagi) ketika melihat bulan Syawal”. Kondisi fitrah di sini adalah kondisi kembali ke suasana pra-Ramadhan di mana kebutuhan tubuh akan makan, minum, istirahat dan lainnya dipenuhi secara sempurna. Tubuh memiliki hak akan dirinya agar imun dan kondisi fisik menjadi tangguh dan prima, sehingga dapat bekerja secara maksimal.

Kedua, fitri dapat bermakna jati-diri atau ke-diri-an, identitas kehakikian bahwa manusia itu senyatanya adalah ciptaan (makhluk; creation). Dengan menyadari hal ini, maka kebutuhan rohani akan Sang Khalik tak dapat dibantah dan dinegasikan. Manusia membutuhkan sesuatu yang imateriel/spiritual, selalu merindu akan kehadiran Tuhan, untuk menyempurnakan identitas dirinya sebagai pelayan (‘abdun) dan wakil (khalifah) Tuhan di dunia ini. 

Melalui makna kedua ini, lengkaplah sudah komposisi manusia yang semata bukanlah raga atau wadak namun juga jiwa atau rohani. Penyatuan unsur material dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan terhadap keduanya adalah keharusan guna mencapai fitrah manusia.

Kenapa tubuh atau wadak memiliki hak atas dirinya? Seperti teks sahabat Salman al-Farisi r.a. dan direkomendasi oleh Nabi.

(إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ (صحيح البخاري

“Bahwa untuk Tuhanmu, atas dirimu ada hak, untuk dirimu (kesehatan tubuhmu) atas dirimu juga ada hak, untuk keluargamu atas dirimu juga ada hak”. (Sahih Bukhari).

Bahwa fisik memiliki hak atas dirinya karena tuntutan untuk menjaga kebugaran, imunitas, dan kesehatan. Kerja-kerja sosial-kemasyarakatan dan dakwah membutuhkan fisik yang kuat agar dapat melayani sesama secara maksimal (wa ta’awanuu ‘ala al-birr). Kekuatan fisik ini sangat tergantung pada aspek material. Makan, minum, olah raga, dan seterusnya. Sehingga manusia tidak bisa tidak harus berlomba-lomba mengejar pemenuhan materi ini siang dan malam. Manusia perlu bekerja keras, berkeringat dengan usahanya sendiri (‘amalu rajulin bi yadih) mencari yang halal dalam bermuamalah (economic contract).

Pencapaian maksimal secara material, selanjutnya harus disinergikan dengan penghayatan yang kuat dalam menyelami dunia spiritualitas. Jiwa membutuhkan siraman rohani dalam bentuk berzikir, bermunajat, bertawassul kepada Sang khalik agar kesempurnaan diri dapat direngkuh secara total.

Dengan demikian, idul fitri (kembali ke fitrah) sebenarnya melakukan suatu moderasi akan pemenuhan kebutuhan jasmani-rohani, raga-jiwa, material-spiritualitas agar identitas kedirian, makna hakiki pendakuan dapat dicapai dan dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tak salah jika Tuhan melarang kita terus berpuasa karena ada kebutuhan jasmani di sana. Pun juga tak benar jika Tuhan mendorong kita terus bekerja sekedar menumpuk kekayaan karena ada kebutuhan rohani di sana. Mari kita seimbangkan kedua kebutuhan tersebut, agar makna ke-fitri-an dapat dipahami dan direngkuh secara total dan utuh. Salam Moderasi. [ *]         

 

* Penulis Direktur Madrasah Moderasi LPTNU Sumenep

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *