Tragedi Bocah dan Warga Sipil Tertembak Situasi di Papua Makin Panas

Labumi.id, Baku tembak antara TNI Polri melawan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membuat sejumlah masyarakat sipil di Kabupaten Intan Jaya trauma. Bahkan banyak di antara mereka terpaksa meninggalkan honai atau rumah bersembunyi ke dalam hutan dan gua-gua gelap karena dihantui peluru nyasar.

Dominikus Sani, warga asli Kabupaten Intan Jaya yang tengah menempuh studi di Jawa Timur menceritakan sejak peristiwa tertembaknya dua balita dan warga sipil situasi di daerahnya semakin mencekam. Bahkan hari ini, dilaporkan sejumlah perkantoran dan rumah-rumah di bakar.

“Masyarakat yang tinggal terdekat di jantung Kota Sugapa, Intan Jaya semua trauma dengan bunyi tembakan senjata,” paparnya kepada suara.com.

Sementara warga lainnya menurut Dominikus, banyak yang melarikan diri, berlindung ke hutan dan masih ada yang tidur di goa-goa. Selain itu ada juga yang mengungsi di beberapa gereja terdekat di wilayah Sugapa,  Intan Jaya. Mulai dari Gereja Katholik Bilogai, Gereja Kimi Tigamajigi, dan Gereka Khatolik Agapa.

Dominikus melanjutkan, kontak senjata yang mengakibatkan dua anak tewas, termasuk Nopelianus telah meninggalkan trauma berat pada masyarakat sipil. Meskipun Sondegau telah dimakamkan, namun situasi tetap tidak terkendali dan aman. Masyarakat sipil berada dalam bayang-bayang ketakutan.

Sejak tragedi pada tanggal 27 Oktober 2021, ketika baku tembak terjadi dan dua anak laki-laki tertembak yaitu Nopelianus Sondegau umur 2 tahun, anak dari Bertinus Sondegau. Dan anak umur 6 tahun dari bapak Balamala, keadaan semakin tak terkendali,katanya kepada suara.com.

Dominikus mengatakan Bertinus Sondegau, yakni ayah Nopelianus, letak rumahnya sangat dekat dengan pos koramil Sugapa. Karena itulah, ada peluru yang menyasar ke rumah mereka. Baku tembak memang terjadi antara TPNPB-OPM dan aparat TNI-Polri.

Dominikus juga menyebutkan, informasi terkini keadaan di Intan Jaya juga belum dapat digambarkan secara detail lantaran jaringan telepon seluler yang sulit diakses. Namun pada 2 November 2021, malam di wilayah Sambili atau Mamba beberapa kantor dan rumah dibakar.

“Tapi informasi lebih jelasnya, belum bisa dipastikan karena jaringan sudah dimatikan,”tutur Dominikus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *