Labumi.id — Manchester City menjejak ke final Piala Liga Inggris 2019/20. Laga semifinal leg kedua pada Kamis (30/1/2020) memang ditutup City denga kekalahan 0-1 dari Manchester United di Etihad Stadium berkat gol Nemanja Matic. Namun, skuat asuhan Pep Guardiola itu menang 3-2 secara agregat karena menang 3-1 di leg pertama.
Ole Gunnar Solskjaer mesti menerima kenyataan bahwa Marcus Rashford belum bisa turun di laga ini. Namun, mengandalkan satu pemain saja untuk mencetak gol adalah kenaifan terbesar pelatih mana pun.
Pengalaman Solskjaer sebagai pelatih memang minim. Akan tetapi, ia bukan orang naif. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menempatkan Anthony Martial dan Mason Greenwood sebagai duet penyerang dalam formasi 3-4-1-2.
Guardiola turun arena dalam formasi 3-2-4-1. Sergio Aguero yang bertugas sebagai penyerang tunggal ditopang oleh Raheem Sterling, Bernardo Silva, Kevin de Bruyne, dan Riyad Mahrez.
Digempur serangan saat laga baru berjalan tujuh menit jelas bukan cara ideal untuk memulai laga. Namun, kondisi itulah yang terjadi pada United.
David de Gea yang berdiri di bawah mistar sudah harus membuat dua penyelamatan sebelum menit kedelapan. Penyelamatan pertama untuk sundulan Aguero, sedangkan penyelamatan kedua untuk sepakan Mahrez.
Kondisi United tidak banyak berubah hingga memasuki menit 30-an. Saat City sudah membuat sembilan percobaan dengan tiga di antaranya tepat sasaran, United tidak mampu membuat satu tembakan pun.
Serangan balik United adalah persoalan yang sebisa mungkin mesti dicegah City. Bahaya jika pasukan Solskjaer itu mendapat kesempatan untuk membuat serangan balik. Berangkat dari situ, Guardiola menginstruksikan anak-anak asuhnya untuk memadati lini tengah.
Ilkay Guendogan dan Rodrigo bermain sebagai gelandang bertahan yang diapit oleh Joao Cancelo dan Mahrez. Kevin De Bruyne dan Bernardo menjadi extra midfielder yang menambah pressing dan menjamin City tetap mendominasi lini tengah.
Sterling? Dia bergerak bebas ke mana pun, terlebih karena ditunjang permainan melebar Cancelo dan Mahrez. Tekanan seperti ini membuat United tak berhasil satu percobaan pun dalam kurun 30 menit.
Pendukung City jangan kelewat senang dulu karena United tidak gagap meski berulang kali digempur serangan. Selain primanya para pemain bertahan United, De Gea tampil garang di bawah mistar.
United bahkan berhasil unggul 1-0 pada menit 35. Meneruskan tendangan bebas, Matic menyulut sorak para suporter United berkat keberhasilannya mengoyak jala gawang yang dikawal Claudio Bravo.
Gol tersebut membuat United percaya diri. Mereka mulai nyaman membangun serangan dari lini tengah. Akan tetapi, persoalannya tetap sama seperti di beberapa laga sebelumnya. United kesulitan mengalirkan serangan begitu sampai di sepertiga pertahanan lawan.
Di sisi lain, sebenarnya Sterling sempat mencetak gol dengan memanfaatkan umpan De Bruyne sekitar lima menit sebelum turun minum. Sayangnya, gol tersebut dianulir karena Sterling terjebak offside.
Solskjaer menarik Greenwood dan memasukkan Daniel James di babak kedua. Tujuannya jelas menambah daya gedor dengan memanfaatkan kecepatan dan visi bermain James.
Meski demikian, bukan berarti City tidak kehilangan akal untuk menciptakan peluang. Pada menit 58, Sterling berhasil mengelabui Victor Lindeloef dan berlari hingga kotak penalti United.
Lagi-lagi De Gea membuat keputusan tepat. Ia bermain lebih maju dan melebar sehingga memberi tekanan ekstra kepada Sterling.
Saat De Gea berusaha menekan Sterling, tiga pemain United langsung mundur ke area back line. Tekanan intens seperti ini membuat penyelesaian akhir Sterling jadi sangat sporadis. Tembakannya melambung di atas mistar gawang.
Tumpulnya serangan City membuat Guardiola memasukkan David Silva jelang menit 70. Keberadaan David membikin serangan City lebih cair. Dalam kurun empat menit sejak kedatangan David, City dua kali mengancam gawang United.
Masalahnya tetap di tembok pertahanan United yang dikomandoi Harry Maguire. Ia bahkan berhasil merebut bola dari kaki David dalam situasi genting yang meruntuhkan bangunan serangan City dan memancing Guardiola mencak-mencak di pinggir lapangan pada menit 73.
Yang tampil spesial tak cuma Maguire, tetapi juga Aaron Wan-Bissaka. Keputusan Solskjaer untuk memainkannya sebagai wing-back tidak salah.
Selain didukung oleh stamina dan kecepatan yang mumpuni, peran Wan-Bissaka terasa betul karena ia memiliki kemampuan track back yang oke. Apa boleh buat. Lini pertahanan United memang lebih mencuri perhatian ketimbang lini serang di pertandingan ini.
Petaka tetap datang pada Setan Merah. United kehilangan Matic karena diusir dari lapangan akibat kartu kuning kedua pada menit 75. Mencetak gol dan mendapat kartu merah. Ironi memang bisa terjadi di mana saja, dalam bentuk apa saja.
Kondisi ini dimanfaatkan City untuk terus menekan. Namun, tekanan United juga tak kalah hebat. Para pemain City malah tambah frustrasi karena tidak bisa mencetak gol. Satu-satunya gol City setelah turun minum malah dianulir karena offside.
Tensi laga tambah tinggi jelang waktu normal usai. Meski tak unggul jumlah pemain, United tetap gigih membangun serangan. Angkat topi bagi Kyle Walker yang jeli meredam serangan balik United.
Kondisi tidak berubah hingga injury time. Kedua tim saling menekan, tetapi tidak ada lagi yang menciptakan gol. Laga pun tuntas dengan kemenangan 1-0 untuk United. Namun, kemenangan itu tidak cukup untuk mengantar Manchester United pada partai puncak Piala Liga Inggris 2019/20.
(red/kumparan)