Labumi.id, Muhammad Ramli, saksi mata dalam insiden pemukulan yang dilakukan oknum polisi dari Satlantas Polres Sumenep terhadap rekannya, Faiqul Khair sesama relawan Gusdurian ketika sama-sama melakukan kegiatan membagi-bagikan masker, multi vitamin dan pendokumentasian di Posko Pam Covid-19 di perbatasan Sumenep-Pamekasan menceritakan fakta sebenarnya yang terjadi di lapangan.
Menurut Ramli, fakta yang terjadi di lapangan tidaklah seperti pernyataan yang disampaikan Kapolres Sumenep, yang menyangkal tidak terjadi pemukulan kepada rekan sejawatnya. Pada saat kejadian Ramli pun mengaku tengah duduk satu meja dengan korban, Faiqul Khair. Dia melihat dengan matanya sendiri saat oknum polisi yang bernama Ismail dari Satlantas Polres Sumenep itu melakukan pemukulan dengan senter ke bagian kepala Faiqul Khair sebanyak tiga kali.
“Saya berbicara seperti ini karena saya satu meja dengan korban saat kejadian, dan di situ juga banyak saksi lainnya kok,”paparnya kepada labumi.id.
Hingga hari ini Ramli menyayangkan sikap Kapolres Sumenep, AKBP Deddy Supriadi yang membantah bahwa tidak ada tindak kekerasan yang dilakukan anggotanya. Dia percaya jika Kapolres Sumenep merupakan pemimpin yang bijak. Sebab itulah dia bersama relawan Gusdurian berharap, masalah tersebut bisa diselesaikan secara bijaksana pula. “Bukan memberikan keterangan sepihak seperti ini, apalagi keterangannya tak sesuai fakta,”tuturnya dengan nada kecewa.
Sebelumnya diketahui, Kapolres Sumenep, AKBP Deddy Supriadi membantah adanya tindak kekerasan yang dilakukan anggotanya terhadap salah seorang relawan Gusdurian Peduli di Posko Covid-19 perbatasan Sumenep-Pamekasan.
“Tidak dibenarkan adanya fakta pemukulan yang dilakukan oknum polisi,”ungkapnya.
Menurut Deddy, anak buahnya itu hanya sekedar meminta keterangan dasar melakukan pemotretan kepada Faiqul Khair. Setelah terbangun dari istirahatnya, sebab sudah masuk dalam pergantian tugas dan ketika dilihatnya seseorang sedang memotret. “Kemudian petugas kami bertanya, dasar dilakukannya pengambilan foto itu. Saat itu anggota kami juga tidak terima, tapi tidak sampai terjadi pemukulan seperti yang disampaikan yang bersangkautan,” jelasnya.
Yang sebenarnya terjadi, kata Deddy, oknum polisi hanya menegur dan menyuruh agar tidak lagi melakukan pemotretan, dan saat itu pula ada seseorang yang langsung menghubunginya, yang intinya tidak terima dengan perlakukan tersebut. (Khairul Amin)