DPRD Sumenep, Tak Elok Tutup Pabrik Rokok Tanjung Odi Tanpa Carikan Jalan Keluar

Labumi.id, DPRD Sumenep, melalui Komisi II menyarankan pemerintah mencarikan jalan keluar terkait penutupan pabrik rokok Tanjung Odi. Karena penutupan tersebut, diyakini telah merampas sumber penghasilan utama ribuan karyawannya.

Anggota Komisi II DPRD Sumenep Juhari mengungkap ketidakelokan pemerintah dalam melakukan penutupan pabrik tanpa mencarikan jalan keluarnya. “Apalagi kita tahu, kontribusi Tanjung Odi dalam menggerakkan perekonomian Kabupaten Sumenep kan cukup besar,” papar dia.

Menurut Juhari Pemda bersama pihak pabrik disarankan duduk bersama guna menemukan solusi atau jalan keluar terbaik. Hal penting yang perlu ditegaskan dalam pertemuan keduanya adalah soal nasib 2000 karyawan pabrik rokok itu tetap tertolong dan resiko dari penyebaran virus corona dapat diantisipasi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Saran terbaik yang bisa dilakukan, kata politisi berlambang Ka’bah ini, Pemkab segera membuka kembali pabrik rokok Tanjung Odi dengan menimbang sejumlah aspek penting, seperti memperkecil dampak ekonomi yang terjadi pada ribuan buruh pekerja.

Selain karena perusahaan sudah melakukan rapid test terhadap seluruh karyawannya dan ditemukan ada 168 orang yang reaktif.

“Dari awal kita semua sudah tahu komitmen pabrik, karena karyawan yang reaktif telah dilakukan tes swab dan diistirahatkan untuk menjalani isolasi mandiri. Dan mereka yang positif langsung dikarantina.

Dengan demikian, perusahaan sebenarnya sudah mengklasifikasi karyawannya. Karena jumlah karyawan yang dinyatakan positif dan yang reaktif tidak sampai separuh, seharusnya pabrik bisa kembali beroperasi dengan catatan tetap menerapkan protokol kesehatan ekstra ketat.

Kemudian alumni Pesantren Salafiyah Syafiyah Sukorejo ini mengaku tidak sedang membicarakan soal prosedur, karena Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan jelas memihak pada buruh, sehingga sarannya pabrik harus kembali dibuka.

Hal lain yang tak kalah penting, pemerintah daerah bersama perusahaan perlu melakukan penelusuran (tracing) penularan Covid-19 pada karyawan Tanjung Odi. Sehingga, diketahui dari mana muasal penularan virus tersebut. Apakah penularan terjadi di dalam atau di luar pabrik.  (Red/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *