Di Tengah Pandemi, Pertamina tetap Melakukan Tajak Pengeboran

FILE PHOTO: A view of state-owned oil giant Pertamina's refinery unit IV in Cilacap, Central Java, Indonesia January 13, 2016. Picture taken January 13, 2016. REUTERS/Darren Whiteside/File Photo

Labumi.id, Di tengah pandemi corona virus disease dan harga minyak dunia yang anjlok pertamina tetap melakukan eksploitasi pengeboran sumur migas. Sebanyak 78 sumur yang sudah dieksploitasi, selain pekerjaan workover untuk menambah produksi migas sebanyak 161 sumur.

“Bahkan, dalam triwulan pertama tahun 2020 ini, perusahaan telah melaksanakan pengeboran eksploitasi sebanyak 78 sumur,”kata Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, dalam siaran pers, Rabu (27/5/2020).

Fajriyah mengatakan pengeboran tajak dua sumur lepas pantai di struktur Sarang atau di Blok Nunukan yang dilakukan Pertamina Hulu Energi Nunukan Company (PHENC) diperkirakan menghasilkan potensi cadangan migas cukup besar.

Di tempat lain, Pertamina Hulu Mahakam juga melakukan eksploitasi pengeboran 31 sumur tajak di South Peciko dan Tunu Deep East. Di wilayah tersebut, Pertamina Hulu Mahakam memiliki target pengeboran 117 sumur tajak dan dua sumur eksplorasi.

Menurut Fajriyah banyaknya jumlah sumur yang dibor sebagai upaya memaksimalkan cadangan hidrokarbon di Blok Mahakam, karena semakin minimnya cadangan dan produksi dari beberapa sumur eksisting.

“Upayah pengeboran itu, kami harapkan dapat menekan laju penurunan produksi di bawah 10 persen,”papar Fajriyah.

Selain melakukan eksploitasi pengeboran beberapa sumur, pertamina memangkas investasi hulu migas sekitar Rp 62,7 triliun, atau sama dengan tahun sebelumnya sebesar US$ 2,45 miliar. Nilai ini, kata Fajriyah lebih kecil dari target awal di tahun 2020 yang diperkirakan investasi hulu migas mencapai Rp 55 triliun atau setara US$ 3,7 miliar.

Dia menegaskan pertamina memutus investasi pada sektor hulu demi menjaga produksi dan lifting migas nasional. “Dalam pandemi Covid-19 ini, pertamina senantiasa memantau perkembangan situasi global, dari harga minyak mentah dunia, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar,” kata Fajriyah. (Red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *