Data Cadangan Pangan Amburadul, Kadin Minta Pemerintah Jangan Membiarkan Rakyat Mati Kelaparan

Labumi.id, Distribusi sejumlah bahan pokok dalam masa pandemi Covid-19, berbareng dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun 2020 ini, harus segera dipikirkan pemerintah. Pasalnya, banyak data riil cadangan pangan di lapangan yang amburadul.

“Memang di kita ini data yang dipegang amburadul. Data yang ada ada di stok pemerintah itu berapa, yang ada di panen raya berapa, ini belum jelas,”papar Ketua Kadin Sumenep, Khairul Anwar, Kamis (30/04/2020).

Data yang amburadul akan menjadi kendala pada distribusi pasokan pangan. Sementara berakhirnya pandemi wabah covid-19 belum pasti. Itu semua akan berpengaruh kepada kesehatan dan sangat berbahaya bagi sosial maupun ekonomi. Sisi lain, menurutnya, masih menghadapi perayaan lebaran pasti kebutuhan pokok terus meningkat, namun sirkulasi distribusi terkendala.

“Menyambut hari raya Idul Fitri, permintaan pasti lebih banyak daripada pasokan, karena banyak pasokan yang terhambat sebab distribusinya terganggu,”jelasnya.

Khairul berharap pemerintah betul-betul melakukan pendataan yang riil di lapangan sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran yang panjang. Jangan hanya gara-gara data yang amburadul, ada warga sampai kekurangan bahan pangan. Meskipun kemampuan membeli ada, tapi bahan pokok tidak ada niscaya akan sia-sia.

Kadin meminta pemerintah serius menangani masalah tersebut, dengan mempertimbangkan secara khusus supaya kebutuhan pokok ini disediakan, minimal 6 bulan. “Kalau pun punya uang, harganya mahal. Atau uangnya ada, barangnya gak ada. Ini harus menjadi pertimbangan khusus bagi pemerintah supaya menyediakan kebutuhan pokok ini minimal kalau sekarang ada 3-4 bulan, minimal harus 6 bulan,”bebernya.

Berbicara soal harga, Khairul menjelaskan, akibat kurangnya stok barang yang disediakan pemerintah yang juga menghambat faktor distribusi. Akhirnya harga yang sampai kepada konsumen melambung naik. Gejala ini, perlu intervensi pemerintah entah melalui operasi pasar atau langsung di distribusikan ke distributor-distributor resmi tapi dengan harga yang tetap di awasi.

“Harga eceran gula yang putih itu biasanya 14 ribu, sekarang sdh naik ke 17.500 sampai 20ribu per kilonya,”jelasnya.

Belum lagi soal beras, jika semisal beras mulai langka tentu sangat berbahaya. Untung sekarang ini musim panen, tapi musim panen pun tidak cukup untuk konsumsi kita selama 6 bulan atau 1 tahun.

“Jadi kita memang harus mempersiapkan betul dan harus mengkalkulasi secara cermat, berapa penduduk kita, berapa stok beras yang kita punya, di petani-petani kita berasnya berapa dan kira-kira di konsumsi oleh masyarakat berapa bulan untuk habisnya. Terlebih lagi masyarakat kepulauan seperti Masalembu, Raas, dan Sepudi ini harus di kalkusasi betul oleh pemerintah, jangan sampai masyarakat sana dibiarkan kelaparan,”tukasnya. (Khairul Amin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *